Cara Menggunakan Multimeter / Multitester
Cara Menggunakan Multimeter – Multimeter adalah alat
yang berfungsi untuk mengukur Voltage (Tegangan), Ampere (Arus
Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu unit. Multimeter
sering disebut juga dengan istilah Multitester atau AVOMeter (singkatan
dari Ampere Volt Ohm Meter). Terdapat 2 jenis Multimeter dalam
menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog Multimeter (AMM) dan
Digital Multimeter (DMM).
Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan
kemudahan pemakaiannya serta didukung dengan harga yang semakin
terjangkau, Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih populer dan lebih
banyak dipergunakan oleh para Teknisi Elektronika ataupun penghobi
Elektronika.
Dengan perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau
Multitester tidak hanya dapat mengukur Ampere, Voltage dan Ohm atau
disingkat dengan AVO, tetapi dapat juga mengukur Kapasitansi, Frekuensi
dan Induksi dalam satu unit (terutama pada Multimeter Digital). Beberapa
kemampuan pengukuran Multimeter yang banyak terdapat di pasaran antara
lain :
- Voltage (Tegangan) AC dan DC satuan pengukuran Volt
- Current (Arus Listrik) satuan pengukuran Ampere
- Resistance (Hambatan) satuan pengukuran Ohm
- Capacitance (Kapasitansi) satuan pengukuran Farad
- Frequency (Frekuensi) satuan pengukuran Hertz
- Inductance (Induktansi) satuan pengukuran Henry
- Pengukuran atau Pengujian Dioda
- Pengukuran atau Pengujian Transistor
Bagian-bagian penting Multimeter
Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting, diantanya adalah :
- Display
- Saklar Selektor
- Probe
Gambar dibawah ini Merupakan bagian penting dari Multimeter Digital dan Analog;
Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter
Untuk mengetahui apakah sebuah Dioda dapat bekerja dengan baik sesuai
dengan fungsinya, maka diperlukan pengukuran terhadap Dioda tersebut
dengan menggunakan Multimeter (AVO Meter).
Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog
- Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM (Ω) x1k atau x100
- Hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda (tanda gelang)
- Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.
- Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
- Jarum pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan
- Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang).
- Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
- Jarum harus tidak bergerak.
**Jika Jarum bergerak, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.
Cara Mengukur Transistor dengan Multimeter Digital
Pada umumnya, Multimeter Digital memiliki fungsi mengukur Dioda dan
Resistansi (Ohm) dalam Saklar yang sama. Maka untuk Multimeter Digital
jenis ini, Pengujian Multimeter adalah terbalik dengan Cara Menguji
Transistor dengan Menggunakan Multimeter Analog.
Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital
- Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
- Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada
Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage
tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika Display
Multimeter nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam
kondisi baik.
Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Digital
- Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
- Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada
Terminal Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage
tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik
- Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika Display
Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor
tersebut dalam kondisi baik.
Cara Mengukur/Menguji Kapasitor dengan Multimeter Digital
Cara mengukur Kapasitor dengan Multimeter Digital yang memiliki fungsi Kapasitansi Meter cukup mudah, berikut ini caranya :
- Atur posisi skala Selektor ke tanda atau Simbol Kapasitor
- Hubungkan Probe ke terminal kapasitor.
- Baca Nilai Kapasitansi Kapasitor tersebut.
Cara Menguji Resistor dengan Multimeter Digital
- Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω)
- Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya
diawali ke tanda “X” yang artinya adalah “Kali”. (khusus Multimeter
Analog)
- Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh terbalik.
- Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog
Multimeter, diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)
Untuk File Ini Silahkan Donwload di Sini.............
Prosedur pengukuran tegangan sebagai berikut
- kabel merah atau probe + pada titik pengukuran
- kabel hitam atau Probe – pada titik ground atau body heatsingk atau body tuner
- Arahkan saklar jangkah sesuai kebutuhan
- Lihat hasil ukur pada papan ukur
1. Pengukuran tegangan 12 Volt
- Jika anda hendak mengukur tegangan 12 Volt, arahkan jangkah pada
posisi 50. Tempelkan kabel (probe) merah ke titik yang akan di ukur dan
kabel hitam ditempelkan ke – atau ground.
- Papan ukur yang diperhatikan hanya angka 0-10-20-30-40-50.
- Jarum multitester akan berhenti di antara 10 dan 20.
2. Pengukuran tegangan 115 Volt
- Jika anda hendak mengukur tegangan 115 Volt, arahkan jangkah pada posisi 250.
- Papan ukur yang diperhatikan angka 0-50-100-150-200-250.
- Jarum multitester akan berhenti di atas angka 100. tepatnya di antara angka 100 dan 150
3. Pengukuran tegangan 300 Volt
- Jika anda hendak mengukur tegangan 300 Volt, arahkan jangkah pada posisi 1000.
- Papan ukur yang diperhatikan angka 0-2-4-6-8-10 adapun cara
membacanya,sebagai berikut, angka satuan ini kita jadikan ratusan atau
dianggap ratusan, misalnya; jika jarum berhenti diantara angka nol dan
angka 2 maka nilanya 100volt, apabila pada angka 2 maka nilainya 200,
manakala berhenti pada angka 4 nilainya 400, dan bilamana berhenti di
angka 8 berarti nilainya 800 dan seterusnya.
- Dari pengukuran tegangan 300Volt jarum multitester akan berhenti di
angka 3. Karena posisi jangkah pada angka 1000, maka angka 3 kita
anggap 300. jadi nilai tegangannya 300Volt
4. Pengukuran tegangan 1.5 Volt (baterry)
- Jika anda hendak mengukur tegangan 1.5 Volt, arahkan jangkah pada posisi 2.5.
- Papan ukur yang diperhatikan angka 0-50-100-150-200-250
- Jarum multitester akan berhenti di angka 150.
- Khusus untuk pengukuran tegangan di bawah 2.5 Volt cara membacanya
disesuaikan dengan posisi jangkah. Angka yang tertera di papan
multitester di rubah menjadi satuan. Misalnya angka 10 menjadi 1, angka
150 menjadi 1.5, angka 250 menjadi 2.5
Untuk pengukuran tegangan yang nilainya belum anda ketahui
sebelumnya. Dapat anda lakukan dengan menempatkan posisi jangkah
multitester paling tinggi (1000). Jika jarum belum bergerak turunkan
posisi jangkahnya menjadi 250. Dan apabila jarum multitester belum
bergerak juga atau papan multitester sulit terbaca maka posisi jangkah
diturunkan lagi 50 atau sampai anda dapat membaca secara benar dan
jelas.
DAFTAR TEGANGAN DI SETIAP TITIK PENGUKURAN
Nilai Tegangan
|
Titik Pengukuran
|
220 Volt AC |
Kaki trafo filter atau kabel AC |
300 Volt DC |
Elco bagian power supply yang fisiknya paling besar |
B+ 90V/115V/125V/135VDC* |
Elco setelah bagian power supply yang fisiknya paling besar |
VCC IC Program 5 Volt DC |
– IC memory pin 8- Input IC reset 7045 |
Power on/off. Nol atau 5 volt DC |
IC program pin power atau pin stby atau pin on/off |
Reset IC program 4.5V DC |
Output IC reset atau IC program pin reset |
H start atau H VCC, VCC start, 8V/9V/12V DC * |
IC croma, atau IC one chip, atau IC Jungle, beda nama barang sama |
Driver Horisontal 15V/75V* DC |
– Trafo driver horizontal- Colector Transistor driver |
Heater 4.5V – 6,3V AC * |
Soket tabung pin heater |
Katoda RGB 75 – 125V DC* |
Soket tabung pin KR, KG, KB |
G2 atau screen 300-400V DC* |
Soket tabung pin G2/screen |
BM/B+ tuner 5V//9/12* |
Tuner pin BM/B+ |
AGC 4.5 – 8V DC* |
Tuner pin AGC |
VT/BT tuner 0 – 33V DC |
Tuner pin VT/BT |
VCC IC vertical 12 – 24* |
IC vertical pin VCC |
IR sensor |
Di sensor remote pin IR |
CATATAN :
* Tegangan dari setiap titik tergantung dari ukuran TV (inch) dan
merk TV tersebut. Untuk mengetahui secara pasti catatlah tegangan di
setiap titik ketika anda sedang memperbaiki TV. Catatan anda menjadi
sumber informasi atau referensi dikemudian hari ketika anda melakukan
perbaikan TV dengan type yang sama.
Untuk File ini Silahkan di Donwload di Sini........................
Ukur dan Cek Tegangan Tv
Langkah Pengukuran Tegangan Tv.
Jumpa lagi sobat, kali ini Kharisma akan membahas langkah demi langkah
cara cek tegangan tv. Mungkin banyak dari sobat teknisi yang sudah
paham. Tapi bukankah kita harus berbagi?, nyataannya ada saja sobat
Kharisma yang berkunjung dan mengetikkan kata kunci "cara cek tegangan tv" di kotak pencarian artikel (sebelah kanan atas).
Sejak seminggu yang lalu sebenarnya artikel ini sudah masuk di draf
Kharisma Elektrtik, karena ada sedikit pembenahan jadi tertunda. Karena
itu baru sekarang artikel ini publikasikan.
Baiklah Kita menuju ke topik.
Tujuan mengukur tegangan tv tentu di maksudkan untuk mengetahui penyebab
kerusakan tv dengan melacak tegangan yang tidak normal lantas
menentukan tindakan perbaikan, betul...?(btul..btul..btul..)
Cara mengukur tegangan tv dengan menggunakan multi tester/avo meter:
Pertama hubungkan pena kabel hitam(-) ke jalur ground negatif mainboard
tv/mesin tv disekitar trafo Switching bagian skunder atau bisa dengan
cara menyelipkan di kawat yang melintang tanpa pembungkus pada tabung
CRT. Lalu gunakan pena kabel merah tempelkan untuk mengukur tegangan
positif dan ikuti langkah-langkah dibawah ini:
- Tegangan 180v terdapat pada kaki +/positif elko 250v di PCB RGB di belakang tabung.
- Tv 14"=21" Tegangan 110v terdapat pada kaki/pin B+ Flyback/FBT di jalur yang menghubung ke Elco 160v
- Tv 25"-29" Tegangan 130v terdapat pada kaki/pin B+ Flyback/FBT di jalur yang menghubung ke Elco 160v
- Tegangan 12v terdapat pada kaki paling kanan IC 7812.
- Tegangan 5v terdapat pada kaki paling kanan IC 7805.
- Tegangan 33v terdapat pada kaki Tuner blog, cari yang ada tulisan B+
Sedangkan untuk tv cina, gunakan ground di mainboard untuk menempelkan
pena kabel hitam multi tester agar hasil pengukuran lebih akurat.
Posisi knop atau skala multi tester sebagai berikut:
- Gunakan skala 250 DCV untuk mengukur 80v-250v.
- Gunakan skala 50 VDC untuk mengukur 12v-40v.
- Gunakan skala 10 DCV untuk mengukur tegangan 1v-9v.
Cara mengukur tegangan Defleksi yoke/konde adalah:
Dari yoke horisontal = Vcc 110v DC, AC-nya bisa 1000v dengan colok pena
merah di pindahkan di output dan di gunakan seperti pada dB meter.
Dari yoke vertikal 24/DC, untuk IC tegangan 120v/AC (menggunakan dB meter)
Cara mengukur tegangan Flyback dalam hal ini adalah:
Pada pin Flayback/FBT Vcc kolector;110v DC, AC-nya bisa 1000v.
Pada pin Flyback/FBT Vcc filement/heater sekitar 5v sampai 5,5v/AC.
Pada pin Flyback/FBT tegangan anoda 20-32k volt diukur dengan probe HV 40kv yang ditambahkan pada multi tester
1000v DC, kalau saran saya untuk yang ini tidak usah diukur bila tidak terpaksa.
Pada pin Flyback/FBT tegangan Focus +/- 600v DC
Pada pin Flyback/FBT tegangan Screen =/- 400v DC
Pada jenis tv tertentu untuk tegangan RGB 180v mengambil dari kaki/pin
out Flyback, dan ada juga yang berasal dari power suply tv. Demikian
juga untuk tegangan vertikal 24v sampai 46v, lalu 12v sampai 18v.
Sampai di sini tentu sobat mengerti, untuk mengukur tegangan tv juga di
perlukan pemahaman cara kerja tv dan di mana asal dan letak tegangan
yang mau di ukur. Mungkin kita akan membahas lebih dalam lain kali.
Sampai disini dulu sobat, semoga artikel ini bermanfaat.
Jika belum menemukan apa yang sobat cari, bantu kami dengan mengisi
kolom komentar yang ada di bawah agar kami dapat menampilkan artikel
yang tepat untuk sobat semua dan bergabunglah dengan menjadi "Pembaca
Setia" disebelah kanan.
Terima kasih atas kunjungan sobat, dan sampai jumpa.
TV LG 21FU6RL-T4
Sering menemukan TV LG kondisi mati total. Setelah pengecekan ternyata
TR Hor short/koslet sehingga semua tegangan output inverter drop.
Mulailah dengan pengangkatan TR tsb dan mengecek kembali tegangannya dan
ternyata normal.
Jangan dulu mengganti dengan TR yang baru karena pasti kau akan
kehilangan TR tsb karena pasti akan jebol lagi, untung kalo langsung
hidup dan normal. Setelah pengecekan pada block Horizontal out ternyata
ada capasitor yang yang agak gendut dan setelah diangkat ternyata memang
sudah kering tidak ada nilai kapasitansinya.
Capasitor ini terletak pada Colector TR Hor dibypass ke ground yng
diparalel denagan Dioda. Untuk LG slim 21" inch biasanya menggunakan
183j 2kv (18n 2kv) untuk yang pearl black 29" menggunakan 103j2kv (10n
2kv). Setelah penggantian capasitor tsb dan TR Hor yang baru mulai
menghidupkan TV dan ternyata TV langsung OK.
Pernah juga menemukan TV LG pearl balck 29" kondisi gambar melebar dan
sehingga OSD hanya keliahatan separo. Seperti biasa pengacekan masih
pada bagian Horizontal. Awalnya mengira pada TR FET drive Hor wide yang
rusak dan setelah diangkat dan diukur ternyata FET tsb masih bagus. Dan
mulailah kelihatan bagian yang rusak ada elco 250v1uf yang yang sudah
mulai gendut dan setelah diganti gambar masih tetap sama.
Dan mulai mencari lagi apanya yang rusak, dan sepertinya mulai ketemu
penyakit yg sebenarnya setelah saya mendapatkan Capasitor 154J 600V
kelihatan agak gemuk. Mulai mengangkat C tsb dan mengukurnya dengan
tester x100K dan ternyata tester tidak bergerak sama sekali pertanda C
sudah kering.
Mulai mengganti capasitor tsb, karena tidak punya C yang sama hanya yang
ada 204J 250V akhirnya terpaksa diganti dgn yang ini. Mulailah dgn
menghidupkan TV dan gambarpun sudah tidak melebar lagi kelihatan sudah
normal hanya kurang lebar satu CM karena Capasitornya tidak sama.
Lalu masuk ke menu service dengan menekan MENU di panel 2 kali tahan
lalu tekan MENU di remot dan menambahkan nilai HOR WIDE hingga kelebaran
gambar sesuai dan dengan menekan OK di remot untuk menyimpan settingan
lalu tekan AV untuk keluar. Maka selesailah sudah TV kembali OK...!!!!
TV LG PEARL BLACK MATI TOTAL
Kali ini saya akan berbagi pengalaman dengan rekan rekan pembaca yang
budiman, Tv merk LG Pearl Black 21FU3RD, IC prosesor EAN60681601 /
LV76211, IC Vertical LA 78141, Tr Horisontal C6090 dan STR W6554A untuk
Regulator power suply. Untuk kerusakan TV ini yaitu Mati total,
Pengecekan di mulai dari Power suply, ternyata B+ = nol volt, apakah
kira-kira penyebabnya, pengecekan selanjutnya pada Transistor
Horisontal, disini transistor ternyata terukur konslet alias sudah
jebol. langkah selanjutnya Transistor tersebut kita lepas dari board
kemudian mainboard / mesin kita nyalakan, ternyata tegangan B+ ada.
Setelah Transistor horisontal diganti saya coba untuk menyalakan kembali
mesin akan tetapi jangan lupa untuk antisipasi agar tr horisontal aman (
takutnya jebol lagi gituuu...) kita pasang lampu pijar 100 w diantara
kaki kolektor tr horisontal dan output horisontal dari Fbt. catatan:
dari beberapa kasus pada Tv LG pearlblack sering kerusakan terjadi pada
blok / bagian horisontalnya, kerusakanya bisa disebabkan dari
kapasitornya, flayback yang mengakibatkan transistor horisontal jebol.
langkah selanjutnya nyalakan mesin dan perhatikan lampu pijar tsb dalam
kondisi harisontal bekerja lampu akan menyala.(tetapi tidak nyala
terang, alias redup)
Untuk selanjutnya pengukuran pada tegangan output Fbt, untuk kondisi fbt
tidak rusak maka tegangan out put pasti ada walau agak kurang seperti
tegangan heater, tegangan video (180 v), tegangan screen dsb. untuk yang
terjadi pada kasus ini tegangan output fbt semua ada kecuali tegangan
untuk vertikal ( disini tegangan vertikal = nol volt ), Wah...saya
curiga jangan jangan IC vertikal jebol juga dan benar saja setelah ic
vertikal juga dicabut, dan mesin kembali dinyalakan ternyata tegangan
ada ( +/- 26 volt ).
Setelah penggantian Ic vertikal ( LA 78141) kita coba nyalakan mesin dan
cek lagi tegangan vertikal, sudah oke. setelah semua tegangan oke
selanjutnya kita pasang mainboard pada tabung crt, dan selanjutnya kita
lihat hasilnya, ternyata sudah oke.
Kesimpulannya adalah Tv ini rusak Tr Horisontal ( C6090 ) dan IC
vertikal ( la 78141), tetapi untuk lebih aman pada blok horisontalnya,
ganti juga kapasitor 18 n 2kv. Semoga bermanfaat.
Dalam dunia elektronik, membaca nilai pada Resistor merupakan pelajaran
dasar yang wajib dimiliki. Bukan hanya sekadar membaca, tapi kecepatan
membaca juga mesti dikuasai. Berdasarkan pengalaman penulis, ada
berbagai macam metode yang bisa dilakukan. Tapi sebelumnya mari kita
bahas terlebih dahulu sistem penulisan nilai pada Resistor.
Ada 2 cara penulisan nilai Resistor :
- Sistem kode warna.
- Sistem kode angka.
1. Sistem kode warna
Sistem kode warna berupa pita-pita warna yang mengelilingi badan
Resistor. Kode warna Resistor ini pertama kali dikembangkan oleh
perkumpulan pabrik-pabrik radio Eropa dan Amerika RMA (Radio
Manufacturers Association) yang didirikan pada awal tahun 1920-an. Pada
tahun 1957, kelompok ini berganti nama menjadi Electronic Industries
Alliance (EIA) dan menerbitkan kode tersebut sebagai standar EIA-RS-279.
Sistem kode warna ada 3, yaitu :
- Sistem kode warna 4 pita
- Sistem kode warna 5 pita.
- Sistem kode warna 6 pita.
1.1 Sistem kode warna 4 pita.
Pita ke-1 dan Pita ke-2 adalah dua angka nilai tahanan.
Pita ke-3 adalah Per-kalian Desimal ( jumlah nol di belakang angka ke-2 )
Pita ke-4 Nilai Toleransi.
TABEL KODE WARNA RESISTOR 4 PITA
Contoh 1 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Perak, Pita ke-4 = Emas.
Nilainya adalah 0,56 Ω, dengan Toleransi 5%.
Contoh 2 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Emas, Pita ke-4 = Emas.
Nilainya adalah 5,6 Ω, dengan toleransi 5%.
Contoh 3 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Hitam, Pita ke-4 = Emas.
Nilainya adalah 56 Ω, dengan Toleransi 5%.
Contoh 4 :
Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Coklat, Pita ke-4 = Emas.
Nilainya adalah 560 Ω, dengan Toleransi 5%.
1.2 Sistem kode warna 5 pita.
Pita ke-1, Pita ke-2 dan Pita ke-3 adalah tiga angka nilai tahanan.
Pita ke-4 adalah Per-kalian Desimal (jumlah nol di belakang angka ke-3).
Pita ke -5 Nilai Toleransi.
TABEL KODE WARNA 5 PITA
Contoh 1 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Hitam, Pita ke-3 = Hitam, Pita ke-4 = Perak. Pita ke-5 = Coklat.
Nilainya adalah 5 Ω, dengan Toleransi 1%.
Contoh 2 :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Merah, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat.
Nilainya adalah 56,2 Ω, dengan Toleransi 1%.
Contoh 3 :
Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Merah, Pita ke-4 = Hitam, Pita ke-5 = Coklat.
Nilainya adalah 562 Ω, dengan Toleransi 1%.
1.3 Sistem kode warna 6 pita.
Pita ke-1, Pita ke-2, dan Pita ke-3 tiga angka nilai tahanan.
Pita ke-4 adalah Per-kalian Desimal (jumlah nol di belakang angka ke-3).
Pita ke-5 adalah Nilai Toleransi.
Pita ke-6 Koefisien suhu.
TABEL KODE WARNA 5 PITA
Contoh :
Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat.
Pita ke-6 = Coklat.
Nilainya adalah 56,6 Ω, Toleransi 1%, Koefisien suhu 100 ppm / ºC
2. Sistem kode angka.
Sistem kode angka digunakan pada Resistor SMD ( Surface-mount Device ), Resistor pasang permukaan yang ukurannya sangat kecil.
Untuk cara membacanya perhatikan gambar berikut :
Resistor SMD dengan toleransi standar atau toleransi yang cukup longgar (
5% misalnya ) menggunakan kode angka 3 digit. Dua angka pertama adalah
dua angka pertama nilai tahanan Resistor, sedangkan angka ketiga adalah
pengali ( jumlah nol ).
Contoh :
102 = 10 X 100 Ω = 1.000 Ω ( 1 Kilo Ω ) atau 10 ditambah dua nol di belakangnya.
222 = 22 X 100 Ω = 2.200 Ω ( 2,2 Kilo Ω ) atau 22 ditambah dua nol di belakangnya.
103 = 10 X 1000 Ω = 10.000 Ω ( 10 Kilo Ω ) atau 10 ditambah tiga nol di belakangnya.
223 = 22 X 1000 Ω = 22.000 Ω ( 22 Kilo Ω ) atau 22 ditambah tiga nol di belakangnya.
Untuk Resistor SMD yang nilai hambatan nya di bawah 100 Ω ditulis 820, 680, 5600 dan seterusnya.
Contoh :
100 = 10 X 1 = 10 Ω.
560 = 56 X 1 = 56 Ω.
820 = 82 X 1 = 82 Ω.
Beberapa produsen ada juga yang menulis langsung nilai hambatan Resistor
SMD tanpa menggunakan kode, misalnya 10, 56, 82. katanya sih, untuk
mencegah kebingungan.
Selanjutnya, untuk Resistor SMD dengan nilai hambatan di bawah 10 Ω, menggunakan R untuk menunjukkan titik desimal nya.
Contoh :
1R5 = 1,5 Ω.
0R5 = 0,5 Ω.
0R05 = 0,05 Ω.
Resistor persisi yang mempunyai nilai toleransi ketat, menggunakan Kode
empat digit. Tiga kode pertama adalah nilai tahanan, dan kode ke empat
adalah pengali atau jumlah nol.
Contoh :
2001 = 200 X 10 : 2000 Ω ( 2 Kilo Ω ).
4701 = 470 X 10 : 4700 Ω ( 4,7 Kilo Ω ).
1200 = 120 X 1 : 120 Ω.
Adapun Resistor SMD yang di tandai dengan kode 0, 000, atau 0000 adalah
Resistor dengan nilai hambatan 0 Ω. Karena tidak memiliki nilai
hambatan, maka Resistor seperti ini sering digunakan sebagai Jumper.
tujuannya agar lebih mudah dipasang pada PCB dengan menggunakan mesin
solder SMD.
Ok. Kita Kembali pada pokok pembahasan kita.
Untuk bisa membaca nilai tahanan Resistor dengan cepat, ada beberapa 3 hal yang mesti kita lakukan, yaitu :
- Menghafal urutan warna pada tabel sistem kode warna.
- Mengenal Ciri khas kode warna Resistor yang memiliki nilai tahanan satuan, puluhan, ribuan, dan seterusnya.
- Mengetahui Standar nilai Resistor yang diterbitkan oleh EIA.
MENGHAFAL URUTAN KODE WARNA RESISTOR.
Menghafal ada cara untuk melatih kemampuan ingatan buatan. Pada otak
manusia ada 2 jenis ingatan, ingatan alami dan ingatan buatan. Ingatan
alami adalah bakat yang sudah ada sejak kita lahir, dan digunakan kan
dalam kehidupan sehari-hari secara otomatis tanpa perlu berpikir. Sedangkan
ingatan buatan adalah sebuah kemampuan daya ingat yang di bangun dengan
cara belajar dan dilatih dengan berbagai macam metode.
Salah satu metode yang paling efektif untuk melatih daya ingat buatan adalah Strategi Mnemonik, yaitu
teknik mengingat sesuatu dengan cara menghubungkan antara
bentuk/rumusan yang mudah diingat dengan data yang ingin diingat. Hal
ini berdasarkan prinsip bahwa ingatan manusia akan lebih mudah
mengingat informasi yang unik dan menarik, ketimbang data-data yang
rumit dan asing.
Dari sekian banyak strategi Mnemonik yang ada, beberapa diantaranya dapat kita manfaatkan untuk menghafal urutan warna kode Resistor.
1. Rumus Jembatan Keledai.
Rumus Jembatan keledai umumnya berupa sebuah kata atau suku kata yang
diambil dari susunan kata yang ingin di hafal, kemudian dibentuk
menjadi sebuah kalimat yang unik atau menarik.
Sebenarnya kurang jelas, dari mana asal mula Istilah jembatan keledai
ini. tapi kemungkinan besar berasal dari bahasa Belanda Ezelsbruggetje
yang berarti titian keledai atau dari bahasa Latin pons asinorum yang
artinya jembatan keledai.
Berikut adalah bentuk dari rumus Jembatan Keledai yang akan kita gunakan untuk menghafal urutan kode warna Resistor.
Rumus ini membentuk sebuah kalimat HI CO ME O KU HI BI VI A PU, yang diambil dari singkatan nama masing-masing warna yang terdapat pada sistem kode warna Resistor.
HI = Hitam, ME = Merah, O = Oranye, KU = Kuning, HI yang kedua = Hijau,
BI = Biru, VI = Violet atau Ungu, A = Abu-abu, dan PU = Putih.
Cara menggunakan rumus ini cukup mudah, kita hanya perlu menghafal
kalimatnya, serta membayangkan arti dan angka yang ada di bawah setiap
kata, dalam kalimat tersebut.
2. Menggunakan Gambar angka berwarna.
Dengan cara ini, kita akan melatih ingatan kita untuk menghafal urutan
kode warna menggunakan gambar angka berwarna, seperti di bawah ini :
Cara menggunakan metode ini adalah, menyebutkan warna angka yang ada
dalam kotak. Satu persatu secara berulang-ulang. Sekali lagi, yang
disebutkan warna angkanya, bukan angkanya.
3. Menggunakan Rumus Pengelompokan warna.
Metode ini terbilang cukup rumit, karena kita akan mempelajari
pengelompokan warna terlebih dahulu, kemudian menghubungkannya dengan
urutan warna kode resistor.
Pengelompokan warna pertama kali dikemukakan pada tahun 1831, namanya Teori Brewster. Teori ini menyederhanakan warna yang ada di alam dengan membaginya menjadi 4 kelompok besar, yaitu :
- Warna Primer. Warna dasar yang bukan merupakan hasil pencampuran dari warna-warna lain, yaitu : Warna Merah, Kuning, dan Biru.
- Warna Sekunder. Hasil pencampuran dari 2 warna Primer. Ada
berapa macam warna sekunder, dan yang ada hubungannya dengan kode warna
Resistor ada 3 warna yaitu : Oranye ( Hasil pencampuran dari warna
Kuning dengan Merah ), Hijau ( Hasil pencampuran dari warna Kuning
dengan Biru ) , dan Ungu ( Hasil pencampuran dari warna Merah dengan
Biru ).
- Warna Tersier. Hasil pencampuran salah satu warna Primer
dengan salah satu warna Sekunder atau pencampuran dari tiga warna
Primer. Warna dari kelompok ini juga bayak, tapi yang termasuk dalam
sistem kode warna Resistor hanya ada satu, yaitu warna Coklat (
pencampuran dari warna Merah, Kuning, dan Biru ).
- Warna Netral. Warna penyeimbang, yaitu warna Hitam dan Putih
dan hasil pencampuran dari keduanya. Warna Netral sering juga disebut
Warna yang tidak berwarna.
Dan satu lagi kelompok warna yang akan kita gunakan dalam rumus ini, tapi tidak termasuk dalam teori Brewster, yaitu kelompok warna metalik.
Kelompok warna metalik terdiri dari Warna Emas, Perak dan hasil
pencampuran 2 warna tersebut dengan warna-warna dari kelompok lainnya.
Jadi berdasarkan kelompok-kelompok warna di atas, dalam rumus ini, kita
akan membagi kode warna Resistor menjadi 5 Grup. Seperti berikut ini :
Grup 1 dari kelompok warna primer, yaitu : Warna Merah, Kuning, dan Biru.
Grup 2 dari kelompok warna sekunder, yaitu : Warna Oranye, Hijau, dan Ungu.
Grup 3 dari kelompok warna Tersier, yaitu : warna Coklat.
Grup 4 dari kelompok warna, Netral yaitu : Warna Hitam, putih, dan Abu-abu.
Grup 5 dari kelompok warna Metalik, yaitu : Warna Emas dan Perak.
Dengan pembagian Grup seperti ini, kita bisa lebih mudah menghafal kode warna Resistor. Karena setiap grup mempunyai ciri khas.
Grup1 terdiri dari kode warna resistor yang memiliki angka Genap, kecuali angka 8.
Grup2 terdiri dari kode warna resistor yang memiliki angka Ganjil, kecuali angka 9.
Grup3 kode warna resistor yang memiliki angka tunggal, yaitu Coklat ( angka 1 ).
Grup4 terdiri dari kode warna Resistor urutan awal ( warna Hitam ) dan 2
kode warna Resistor urutan terakhir ( warna Abu-abu dan Putih ).
Grup5 hanya untuk kode warna toleransi resistor, dan kode warna per
kalian desimal yang memiliki angka di bawah nol ( nol koma dan nol koma
nol ).
Cara menghafal urutan warna dari masing-masing Grup :
Grup 1. Membayangkan sebuah jarum yang dibakar di atas api lilin. Warna
Merah adalah warna ujung jarum yang membara, warna Kuning adalah warna
api lilin bagian atas, dan warna Biru warna api lilin bagian bawah. Jadi
urutan warnanya dimulai dari atas ke bawah.
Grup 2. Membayangkan sedang mencampur warna-warna yang ada pada Grup1
secara berurutan. Urutan pertama, hasil dari pencampuran warna urutan
pertama dan kedua warna Grup1. Urutan kedua, hasil dari pencampuran
warna urutan kedua dan ketiga warna Grup1. warna ketiga, hasil dari
pencampuran warna ketiga dan pertama warna grup1.
Rumus nya, 1 Grup2 = 1 + 2 Grup1, 2 Grup2 = 2 + 3 Grup 1, 3 Grup2 = 3 + 1 Grup1.
Grup 3. Tidak perlu membayangkan apa-apa, karena hanya ada satu warna.
Yang perlu di ingat adalah Grup ini memiliki jumlah anggota sama dengan
angka kode warnanya, yaitu 1.
Grup 4. Mengingat pepatah yang mengatakan Habis Gelap Terbitlah Terang. Maka urutannya dimulai dari warna yang paling gelap, ke warna yang paling terang.
Grup 5. Membayangkan perbandingan harga benda yang memiliki warna yang
sama dengan anggota Grup ini. Urutannya dimulai dari harga yang ter
tinggi.
CIRI KHAS KODE WARNA RESISTOR DENGAN NILAI TAHANAN TERTENTU.
Ciri khas kode warna Per kalian desimal atau jumlah nol.
Untuk Resistor dengan kode warna 4 Pita, ciri khasnya ada pada Pita ke tiga.
- Warna Emas untuk resistor dengan nilai tahanan Satuan Ω ( Nilai 1 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Ω ).
- Warna Hitam untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ω ( Nilai 10 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Ω ).
- Warna Coklat untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ω ( Nilai 100 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1000 Ω ).
- Warna Merah untuk resistor dengan nilai tahanan Ribuan Ω / Kilo Ω (
Nilai 1 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Kilo Ω ).
- Warna Oranye untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ribu Ω /
Puluhan Kilo Ω ( Nilai 10 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100
Kilo Ω ).
- Warna Kuning untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ribu Ω /
Ratusan Kilo Ω ( Nilai 100 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1
Mega Ω ).
- Warna Hijau untuk resistor dengan nilai tahanan Jutaan Ω / Mega Ω (
Nilai 1 Mega Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Mega Ω ).
- Warna Biru untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Juta Ω / Puluhan Mega Ω.
Untuk Resistor dengan kode warna 5 dan 6 Pita, ciri khasnya ada pada Pita ke empat.
- Warna Perak untuk resistor dengan nilai tahanan Satuan Ω ( Nilai 1 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Ω ).
- Warna Emas untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ω ( Nilai10 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Ω ).
- Warna Hitam untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ω ( Nilai 100 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1 Kilo Ω ).
- Warna Merah untuk resistor dengan nilai tahanan Ribuan Ω / Kilo Ω (
Nilai1 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Kilo Ω ).
- Warna Merah untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ribu Ω /
Puluhan Kilo Ω ( Nilai 10 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100
Kilo Ω ).
- Warna Oranye untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ribu Ω /
Ratusan Kilo Ω ( Nilai 100 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1
Mega Ω ).
- Warna Kuning untuk resistor dengan nilai tahanan Jutaan Ω / Mega Ω ( Nilai 1 Mega Ω sampai nilai yang mendekati 10 mega Ω ).
- Warna Hijau untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Juta Ω / Puluhan Mega Ω.
Untuk resistor dengan nilai tahanan di bawah 1 Ω ( Nol Koma dan Nol Koma Nol )
Resistor dengan kode warna 4 Pita.
- Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma, ciri khasnya ada pita ke tiga yang selalu berwarna Perak.
- Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma Nol, ciri khasnya ada pada
pita pertama dan pita ke tiga. pita pertama selalu berwarna hitam dan
pita ke tiga selalu berwarna Perak.
Resistor dengan kode warna 5 dan 6 Pita.
- Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma, ciri khasnya ada pada pita
pertama dan pita ke empat. Pita pertama selalu berwarna hitam dan pita
ke empat selalu berwarna perak.
- Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma Nol, ciri khasnya ada pada
pita pertama, kedua dan ke empat. Pita pertama selalu berwarna Hitam,
pita kedua juga selalu berwarna Hitam dan pita ke empat selalu berwarna
Perak.
NILAI STANDAR RESISTOR.
Nilai standar resistor diterbitkan oleh EIA ( Electronic Industries
Alliance ), nilai standar ini ditentukan berdasarkan nilai toleransi.
Ada banyak sekali nilai standar yang di terbitkan oleh EIA tersebut,
namun kita batasi pembahasan kita dengan nilai standar yang umum beredar
di pasaran, khususnya pasar Indonesia.
EIA STANDAR E12.
E12 adalah standar nilai tahanan untuk Resistor-resistor yang memiliki nilai toleransi 10 %.
Tabel Resistor Standar E12
Nol Koma Ω | Satuan Ω | Puluhan Ω | Ratusan Ω |
0,1 | 1 | 10 | 100 |
0,12 | 1,2 | 12 | 120 |
0,15 | 1,5 | 15 | 150 |
0,18 | 1,8 | 18 | 180 |
0,22 | 2,2 | 22 | 220 |
0,27 | 2,7 | 27 | 270 |
0,33 | 3,3 | 33 | 330 |
0,39 | 3,9 | 39 | 390 |
0,47 | 4,7 | 47 | 470 |
0,56 | 5,6 | 56 | 560 |
0,68 | 6,8 | 68 | 680 |
0,82 | 8,2 | 82 | 820 |
Satuan Kilo Ω
( Ribuan Ω ) | Puluhan Kilo Ω
( Puluhan Ribu Ω ) | Ratusan Kilo Ω
( Ratusan Ribu Ω ) | Satuan Mega Ω
( Jutaan Ω ) |
1 | 10 | 100 | 1 |
1,2 | 12 | 120 | 1,2 |
1,5 | 15 | 150 | 1,5 |
1,8 | 18 | 180 | 1,8 |
2,2 | 22 | 220 | 2,2 |
2,7 | 27 | 270 | 2,7 |
3,3 | 33 | 330 | 3,3 |
3,9 | 39 | 390 | 3,9 |
4,7 | 47 | 470 | 4,7 |
5,6 | 56 | 560 | 5,6 |
6,8 | 68 | 680 | 6,8 |
8,2 | 82 | 820 | 8,2 |
EIA STANDAR E24
E24 adalah standar nilai tahanan untuk Resistor yang memiliki nilai toleransi 5 %.
Tabel Resistor Standar E24
Nol Koma Ω | Satuan Ω | Puluhan Ω | Ratusan Ω |
0,1 | 1 | 10 | 100 |
0.11 | 1,1 | 11 | 110 |
0,12 | 1,2 | 12 | 120 |
0,13 | 1,3 | 13 | 130 |
0,15 | 1,5 | 15 | 150 |
0,16 | 1,6 | 16 | 160 |
0,18 | 1,8 | 18 | 180 |
0,20 | 2 | 20 | 200 |
0,22 | 2,2 | 22 | 220 |
0,24 | 2,4 | 24 | 240 |
0,27 | 2,7 | 27 | 270 |
0,30 | 3 | 30 | 300 |
0,33 | 3,3 | 33 | 330 |
0,36 | 3,6 | 36 | 360 |
0,39 | 3,9 | 39 | 390 |
0,43 | 4,3 | 43 | 430 |
0,47 | 4,7 | 47 | 470 |
0,51 | 5,1 | 51 | 510 |
0,56 | 5,6 | 56 | 560 |
0,62 | 6,2 | 62 | 620 |
0,68 | 6,8 | 68 | 680 |
0,75 | 7,5 | 75 | 750 |
0,82 | 8,2 | 82 | 820 |
0,91 | 9,1 | 91 | 910 |
Satuan Kilo Ω
( Ribuan Ω ) | Puluhan Kilo Ω
( Puluhan Kilo Ω ) | Ratusan Kilo Ω
( Ratusan Ribu Ω ) | Mega Ω
( Jutaan Ω ) |
1 | 10 | 100 | 1 |
1,1 | 11 | 110 | 1,1 |
1,2 | 12 | 120 | 1,2 |
1,3 | 13 | 130 | 1,3 |
1,5 | 15 | 150 | 1,5 |
1,6 | 16 | 160 | 1,6 |
1,8 | 18 | 180 | 1,8 |
2 | 20 | 200 | 2,0 |
2,2 | 22 | 220 | 2,2 |
2,4 | 24 | 240 | 2,4 |
2,7 | 27 | 270 | 2,7 |
3 | 30 | 300 | 3,0 |
3,3 | 33 | 330 | 3,3 |
3,6 | 36 | 360 | 3,6 |
3,9 | 39 | 390 | 3,9 |
4,3 | 43 | 430 | 4,3 |
4,7 | 47 | 470 | 4,7 |
5,1 | 51 | 510 | 5,1 |
5,6 | 56 | 560 | 5,6 |
6,2 | 62 | 620 | 6,2 |
6,8 | 68 | 680 | 6,8 |
7,5 | 75 | 750 | 7,5 |
8,2 | 82 | 820 | 8,2 |
0,91 | 9,1 | 910 | 9,1 |
EIA STANDAR E96
E96 adalah standar nilai tahanan untuk Resistor-resistor yang memiliki nilai toleransi 1 %.
Tabel Resistor Standar E96
Nol Koma Ω | Satuan Ω | Puluhan Ω | Ratusan Ω |
0,1 | 1 | 10 | 100 |
0,102 | 1,02 | 10.2 | 102 |
0,105 | 1,05 | 10,5 | 105 |
0,107 | 1,07 | 10,7 | 107 |
0,11 | 1,1 | 11 | 110 |
0,113 | 1,13 | 11,3 | 113 |
0,115 | 1,15 | 11,5 | 115 |
0,118 | 1,18 | 11,8 | 118 |
0,121 | 1,21 | 12,1 | 121 |
0,124 | 1,24 | 12,4 | 124 |
0,127 | 1,27 | 12,7 | 127 |
0,13 | 1,3 | 13 | 130 |
0,133 | 1,33 | 13,3 | 133 |
0,137 | 1,37 | 13,7 | 137 |
0,14 | 1,4 | 14 | 140 |
0,143 | 1,43 | 14,3 | 143 |
0,147 | 1,47 | 14,7 | 147 |
0,15 | 1,5 | 15 | 150 |
0,154 | 1,54 | 15,4 | 154 |
0,158 | 1,58 | 15,8 | 158 |
0,162 | 1,62 | 16,2 | 162 |
0,165 | 1,65 | 16,5 | 165 |
0,169 | 1,69 | 16,9 | 169 |
0,174 | 1,74 | 17,4 | 174 |
0,178 | 1,78 | 17,8 | 178 |
0,182 | 1,82 | 18,2 | 182 |
0,187 | 1,87 | 18,7 | 187 |
0,191 | 1,91 | 19,1 | 191 |
0,196 | 1,96 | 19,6 | 196 |
0,2 | 2 | 20 | 200 |
0,205 | 2,05 | 20,5 | 205 |
0,210 | 2,1 | 21 | 210 |
0,215 | 2,15 | 21,5 | 215 |
0,221 | 2,21 | 22,1 | 221 |
0,226 | 2,26 | 22,6 | 226 |
0,232 | 2,32 | 23,2 | 232 |
0,237 | 2,37 | 23,7 | 237 |
0,243 | 2,43 | 24,3 | 243 |
0,249 | 2,49 | 24,9 | 249 |
0,255 | 2,55 | 25,5 | 255 |
0,261 | 2,61 | 26,1 | 261 |
0,267 | 2,67 | 26,7 | 267 |
0,274 | 2,74 | 27,4 | 274 |
0,280 | 2,8 | 28 | 280 |
0,287 | 2,87 | 28,7 | 287 |
0,294 | 2,94 | 29,4 | 294 |
0,301 | 3,01 | 30,1 | 301 |
0,309 | 3,09 | 30,9 | 309 |
0,316 | 3,16 | 31,6 | 316 |
0,324 | 3,24 | 32,4 | 324 |
0,332 | 3,32 | 33,2 | 332 |
0,34 | 3,4 | 34 | 340 |
0,348 | 3,48 | 34,8 | 348 |
0,357 | 3,57 | 35,7 | 357 |
0,365 | 3,65 | 36,5 | 365 |
0,374 | 3,74 | 37,4 | 374 |
0,383 | 3,83 | 38,3 | 383 |
0,392 | 3,92 | 39,2 | 392 |
0,402 | 4,02 | 40,2 | 402 |
0,412 | 4,12 | 41,2 | 412 |
0,422 | 4,22 | 42,2 | 422 |
0,432 | 4,32 | 43,2 | 432 |
0,442 | 4,42 | 44,2 | 442 |
0,453 | 4,53 | 45,3 | 453 |
0,464 | 4,64 | 46,4 | 464 |
0,475 | 4,75 | 47,5 | 475 |
0,487 | 4,87 | 48,7 | 487 |
0,499 | 4,99 | 49,9 | 499 |
0,511 | 5,11 | 51,1 | 511 |
0,523 | 5,23 | 52,3 | 523 |
0,536 | 5,36 | 53,6 | 536 |
0,549 | 5,49 | 54,9 | 549 |
0,562 | 5,62 | 56,2 | 562 |
0,576 | 5,76 | 57,6 | 576 |
0,590 | 5,9 | 59 | 590 |
0,604 | 6,04 | 60,4 | 604 |
0,619 | 6,19 | 61,9 | 619 |
0,634 | 6,34 | 63,4 | 634 |
0,649 | 6,49 | 64,9 | 649 |
0,665 | 6,65 | 66,5 | 665 |
0,681 | 6,81 | 68,1 | 681 |
0,698 | 6,98 | 69,8 | 698 |
0,715 | 7,15 | 71,5 | 715 |
0,732 | 7,32 | 73,2 | 732 |
0,75 | 7,5 | 75 | 750 |
0,768 | 7,68 | 76,8 | 768 |
0,787 | 7,87 | 78,7 | 787 |
0,806 | 8,06 | 80,6 | 806 |
0,825 | 8,25 | 82,5 | 825 |
0,845 | 8,45 | 84,5 | 845 |
0,866 | 8,66 | 86,6 | 866 |
0,887 | 887 | 88,7 | 887 |
0,909 | 9,09 | 90,9 | 909 |
0,931 | 9,31 | 93,1 | 931 |
0,953 | 9,53 | 95,3 | 953 |
0,976 | 9,76 | 97,6 | 976 |
Satuan Kilo Ω
( Ribuan Ω ) |
Puluhan Kilo Ω
( Puluhan Ribu Ω ) |
Ratusan Kilo Ω
( Ratusan Ribu Ω ) |
Mega Ω
( Jutaan Ω ) |
1 |
10. |
100 |
1.00 |
1.02 |
10.2 |
102 |
1.02 |
1.05 |
10.5 |
105 |
1.05 |
1.07 |
10.7 |
107 |
1.07 |
1.1 |
11 |
110 |
1.10 |
1.13 |
11.3 |
113 |
1.13 |
1.15 |
11.5 |
115 |
1.15 |
1.18 |
11.8 |
118 |
1.18 |
1.21 |
12.1 |
121 |
1.21 |
1.24 |
12.4 |
124 |
1.24 |
1.27 |
12.7 |
127 |
1.27 |
1.3 |
13 |
130 |
1.30 |
1.33 |
13.3 |
133 |
1.33 |
1.37 |
13.7 |
137 |
1.37 |
1.4 |
14 |
140 |
1.40 |
1.43 |
14.3 |
143 |
1.43 |
1.47 |
14.7 |
147 |
1.47 |
1.50 |
15 |
150 |
1.50 |
1.54 |
15.4 |
154 |
1.54 |
1.58 |
15.8 |
158 |
1.58 |
1.62 |
16.2 |
162 |
1.62 |
1.65 |
16.5 |
165 |
1.65 |
1.69 |
16.9 |
169 |
1.69 |
1.74 |
17.4 |
174 |
1.74 |
1.78 |
17.8 |
178 |
1.78 |
1.82 |
18.2 |
182 |
1.82 |
1.87 |
18.7 |
187 |
1.87 |
1.91 |
19.1 |
191 |
1.91 |
1.96 |
19.6 |
196 |
1.96 |
2 |
20 |
200 |
2.00 |
2.05 |
20.5 |
205 |
2.05 |
2.1 |
21 |
210 |
2.10 |
2.15 |
21.5 |
215 |
2.15 |
2.21 |
22.1 |
221 |
2.21 |
2.26 |
22.6 |
226 |
2.26 |
2.32 |
23.2 |
232 |
2.32 |
2.37 |
23.7 |
237 |
2.37 |
2.43 |
24.3 |
243 |
2.43 |
2.49 |
24.9 |
249 |
2.49 |
2.55 |
25.5 |
255 |
2.55 |
2.61 |
26.1 |
261 |
2.61 |
2.67 |
26.7 |
267 |
2.67 |
2.74 |
27.4 |
274 |
2.74 |
2.80 |
28 |
280 |
2.80 |
2.87 |
28.7 |
287 |
2.87 |
2.94 |
29.4 |
294 |
2.94 |
3.01 |
30.1 |
301 |
3.01 |
3.09 |
30.9 |
309 |
3.09 |
3.16 |
31.6 |
316 |
3.16 |
3.24 |
32.4 |
324 |
3.24 |
3.32 |
33.2 |
332 |
3.32 |
3.4 |
34 |
340 |
3.40 |
3.48 |
34.8 |
348 |
3.48 |
3.57 |
35.7 |
357 |
3.57 |
3.65 |
36.5 |
365 |
3.65 |
3.74 |
37.4 |
374 |
3.74 |
3.83 |
38.3 |
383 |
3.83 |
3.92 |
39.2 |
392 |
3.92 |
4.02 |
40.2 |
402 |
4.02 |
4.12 |
41.2 |
412 |
4.12 |
4.22 |
42.2 |
422 |
4.22 |
4.32 |
43.2 |
432 |
4.32 |
4.42 |
44.2 |
442 |
4.42 |
4.53 |
45.3 |
453 |
4.53 |
4.64 |
46.4 |
464 |
4.64 |
4.75 |
47.5 |
475 |
4.75 |
4.87 |
48.7 |
487 |
4.87 |
4.99 |
49.9 |
499 |
4.99 |
5.11 |
51.1 |
511 |
5.11 |
5.23 |
52.3 |
523 |
5.23 |
5.36 |
53.6 |
536 |
5.36 |
5.49 |
54.9 |
549 |
5.49 |
5.62 |
56.2 |
562 |
5.62 |
5.76 |
57.6 |
576 |
5.76 |
5.9 |
59 |
590 |
5.90 |
6.04 |
60.4 |
604 |
6.04 |
6.19 |
61.9 |
619 |
6.19 |
6.34 |
63.4 |
634 |
6.34 |
6.49 |
64.9 |
649 |
6.49 |
6.65 |
66.5 |
665 |
6.65 |
6.81 |
68.1 |
681 |
6.81 |
6.98 |
69.8 |
698 |
6.98 |
7.15 |
71.5 |
715 |
7.15 |
7.32 |
73.2 |
732 |
7.32 |
7.5 |
75 |
750 |
7.50 |
7.68 |
76.8 |
768 |
7.68 |
7.87 |
78.7 |
787 |
7.87 |
8.06 |
80.6 |
806 |
8.06 |
8.25 |
82.5 |
825 |
8.25 |
8.45 |
84.5 |
845 |
8.45 |
8.66 |
86.6 |
866 |
8.66 |
8.87 |
88.7 |
887 |
8.87 |
9.09 |
90.9 |
909 |
9.09 |
9.31 |
93.1 |
931 |
9.31 |
9.53 |
95.3 |
953 |
9.53 |
9.76 |
97.6 |
976 |
9.76 |
Umumnya, tidak semua nilai Resistor yang ada pada Tabel standar E24
beredar di pasar indonesia, hanya 50 persen nya saja. Pasar Indonesia
mengikuti Standar E12 untuk memasarkan resistor-resistor standar E24.
Bahkan, ada beberapa toko elektronik di Indonesia yang menjual resistor
standar E96 dengan mengikuti nilai resistor yang ada pada tabel standar
E12.
Demikian pembahasan kita kali ini, semoga bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Setidaknya, bisa menginspirasi anda untuk melahirkan ide yang lebih cemerlang lagi. Maju terus dunia elektronik Indonesia.
Untuk File ini Silahkan Donwload di Sini.............
SALAM BLOGGER INDONESIA ... !
INFORMASI TERBARU
-
trans 121-821 trans B524 trans C1856 trans C3835 trans D156 trans 121-8...
-
TV POLYTRON TYPE MX-5202 Beberapa hari yang lalu dapet servisan tv Polytron type MX-5202 yang menggunakan aisy single HBT-00-0...
-
-
Persamaan Flyback TV Dan Data Pin. Pada televisi sering kita jumpai berbagai kerusakan yang mencakup dari pada kerusakan fly...
-
TV LG 21FU6RL-T4 Sering menemukan TV LG kondisi mati total. Setelah pengecekan ternyata TR Hor short/koslet sehingga semua tegangan out...
-
Prosedur pengukuran tegangan sebagai berikut kabel merah atau probe + pada titik pengukuran kabel hitam atau Probe – pada titik...
-
DATA PERSAMAAN IC VERTIKAL TV DAN MONETOR (VERTIKAL AMP DEFLEKSI OUTPUT) STV9302A( 1.8A)= LA78040 (1.8A)=STV9302B=AN5522= STV9378(1.8...
-
TOSHIBA DAN PERSAMAAN 2SD868 persamaan 2SD2599 1500V 2,5A 50W 2SD869 persamaan 2SD2599 1400V 3,5A 50W 2SD870 persamaan 2SD249...
-
Seperti Tape, TV, Radio, Amply Payer, Kipas Angin, Parabola Digital, VCD, CD, DVD, Sepeker Aktif, Dinamo Air, Lampu Pijar, AC, Kulka...
-
Dalam dunia elektronik, membaca nilai pada Resistor merupakan pelajaran dasar yang wajib dimiliki. Bukan hanya sekadar membaca, tap...